Guyub Rukun Membangun Desa Sambirobyong yang Mandiri, maju dan Bermartabat
ASAL USUL DESA SAMBIROBYONG
Desa Sambirobyong adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Sidorejo yang berada di sebelah Tenggara dan dibatasi oleh desa - desa :
Sebelah Utara : Desa Campursari
Sebelah Selatan : Desa Bangsri dan Desa Nitikan
Sebelah Timur : Desa Candirejo
Sebelah Barat : Desa Durenan dan Desa Sidorejo
Dahulu Desa Sambirohyong terdiri dari 3 desa, yakni:
Menurut Cerita dari Sesepuh Desa sambirobyong asal usul Desa Sambirobyong adalah sebagai berikut:
1. DESA JEBLOGAN
Pada waktu itu daerah ini masih berwujud hutan lebat, datanglah pelarian dari daerah Mataram yang bernama Ki Hajar Gondokusumo, yang terkenal dengan sebutan Hyang Kaki Kisoguno. Pada saat Perang Diponegoro sekitar tahun 1825, Ki Hajar Gondokusumo melarikan diri dari Mataram karena mereka tidak setuju terhadap pemerintahan Belanda. Sebelum datang di daerah ini, Ki Hajar Gondokusumo telah bermukim di Desa Jeblog Genilangit Kecamatan Poncol. Tiba di daerah baru ini, beliau segera berbenah-benah membuat pemukiman baru. Ki Hajar Gondokusumo juga sebagai seorang pertapa. Di Desa Jeblog Genilangit, beliau sangat menekuni ilmu Kebatinan. Karena itu beliau juga terkenal dengan sebutan Ki Hajar Jeblog. Setelah memperoleh tempat pemukiman dan merasa tenang di daerah baru ini, Ki Hajar Gondokusumo bertapa lagi dibawah pohon kroya (semacam pohon beringin yang besar). Tempat bertapa Ki Hajar Gondokusumo ini sampai sekarang terkenal dengan nama "Pundhen Kroya".
Pundhen Kroya
Setetah wafat, dimakamkan di sebuah puntuk yang dinamakan Punthuk Jeblogan. Mengambil nama beliau, yaitu Ki Hajar Jeblog. Makam tersebut akhirnya dijadikan punden oleh penduduk setempat dan sekaligus menamakan daerah itu Desa Jeblogan.
Makam Ki Hajar Gondo Kusumo
Berturut-turut yang memimpin Desa Jeblogan adalah:
3. DESA GEGER
Yang cikal bakal Desa Geger ini ada dua orang bersaudara, bernama:
Kedua Kyai bersaudara ini juga datang dari daerah Mataram. Keduanya sangat alim dan khusuk terhadap agama Islam. Kedatangan kedua Kyai tersebut untuk mengembangkan agama Islam. Oleh karena itu setelah keduanya datang di Desa Geger segera mendirikan masjid.
Masjid Lama Geger
Inilah masjid pertama di Desa Geger. Dengan modal masjid ini Kyai Umar Sarip dan Kyai Kasan Udin mengajarkan pengetahuan tentang agama Islam kepada penduduk setempat. Dan dari masjid ini pulalah beliau berdua dapat membuahkan Kyai - Kyai yang cukup berbobot. Namun sayangnya, kedua Kyai yang babad Desa Geger ini sejak awal tidak dapat bersatu dan saling beselisih biarpun masih saudara. Pendapat-pendapatnya banyak yang tidak sama bahkan kerap kali berlawanan. Dalam bahasa Jawa ibarat : "ADU GEGER". Sehingga setelah meninggal dunia keduanya tidak dimakamkan di satu tempat, melainkan dipisahkan. Kyai Umar Sarip dimakamkan di Desa Geger, sedangkan Kyai Kasan Udin dimakamkan di Punthuk Pilangrejo Desa Sidorejo.
Makam Kyai Umar Sarip
Karena pada waktu masih hidup pendapat keduanya saling "adu geger' maka daerah yang di tempati kedua Kyai itu dinarnakan Desa Geger. Berturut-turut yang memimpin Desa Geger adalah:
Makam R.M.Mangundiryo
3. DESA PODANG
Desa ini dinamakan Podang karena dahulu di daerah ini banyak sekali dihuni oleh burung podang, sehingga penghuni setempat menamakan tempat pemukimannya Podang. Akhirnya menjadi Desa Podang. Yang mengepalai Desa Podang berturut-turut adalah :
Makam Cikal Bakal Dukuh Podang Isor
Semua yang menjabat Kepala Desa Podang ini bukan satu keturunan atau kerabatnya, melainkan orang lain. Ketika Desa Jeblogan dikepalai oleh Ki Hiro Guno dan Desa Geger dikepalai oleh Sapawi, kedua desa tersebut digabungkan menjadi satu dan diberi nama Jeblogan / Desa Jeblogan. Kepala Desanya tetap Ki Hiroguno.