VISI
"Terciptanya Tata Pemerintah Desa Yang Transparan Akuntable dan Amanah, Guna Mewujudkan Masyarakat Desa Purworejo Yang Agamis, Aman, Rukun,Sehat, Kreatif, Maju, Mandiri dan Sejahtera”
Misi adalah kebutuhan tekad tentang spesifikasi tujuan, arah pemanfaatan sumber daya dari visi agar tujuan / arah kegiatan atau organisasi dapat direncanakan sesuai dengan cita-cita yang diinginkan.
SEJARAH DESA PURWOREJO
Desa Purworejo terdiri dari 3 Dukuhan, yaitu dukuh Ngladek, Dukuh Ngiwen dan Dukuh Jajar, yang masing-masing hanya dipisahkan oleh beberapa jengkal tanah saja. Sebelum Desa Purworejo yang terbentuk dengan mempersatukan dukuh-dukuh tersebut, nama aslinya adalah NGIWEN, yang dipimpin oleh seorang Palang. Sayang sekali nama asal-usul serta beberapa nama mereka yang memimpin Desa Ngiwen ini tidak diketahui dengan pasti.
Sepeninggal Palang pertama, kedudukan Palang diganti oleh seorang bernama RONOIDJOJO, putra menantu Palang pertama. Beberapa lama Ronoidjojo menjadi Palang Ngiwen ini juga tidak jelas. Ronoidjojo. Ronoidjojo mempunyai seorang anak kelahiran Ngiwen dukuh Jajar yang bernama LEBUK. Lebuk inilah yang mengganti Ronoidjojo setelah mereka meninggal dunia. Namun lebuk juga tidak lama memerintah dan diganti oleh DJOJOKROMO berasal dari Ngiwen. Djojokromo menjadi Palang di Ngiwen sampai tahun 1905. Sebagai Palang ke-III Djokromo melaksanakan upacara-upacara adat di Ngiwen berupa bersih desa, yang biasa dilaksanakan dibawah pohon Sambi di tengah sawah. Bersih desa ini berupa selamatan dan pagelarann kesenian tradisional setempat. Kesenian yang biasa digelar adalah kesenian Gambyong dan Wayang kulit. Tempat bersih desa ini dianggap keramat. Adapun tujuan bersih desa ini adalah mohon Kepada Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat desa dalam keadaan sehat, bahagia dan desa dalam keadaan makmur. Kebiasaan bersih desa ini dilaksanakan secara turun temurun sejak nenk moyang.
Tetangga Desa Ngiwen adalah Desa Ngladek. Sebelum Desa Ngladek dan Ngiwen dipersatukan, desa Ngladek dipimpin oleh seorang pemerintah desa bernama SOKROMO atau dikenal PEROT. Mereka juga berasal dari Desa Ngladek. Pengganti SOKROMO PEROT adalah ATMOKARSO. Mereka berasal dari Desa Ngladek juga. Desa Ngladek ini juga mempunyai adat upacara bersih desa.
Keadaan terus maju dan penduduk makin lama makin padat sehingga suasana menjadi ramai (Jw. REJO). Pemerintah menuntut perubahan-perubahan terhadap hal-hal yang sudah tidak pantas digunakan. Pada tahun 1905, sepeninggal Djokromo Palang Desa Ngiwen, pemerintah mengadakan penyatuan daerah satu dengan yang lain. Termasuk desa Ngiwen dan Desa Ngladek diperatukan karena keduanya desa yang kecil.
Sedangkan pemerintah mengadakan penyatuan, maka diadakan pilihan Kepala Desa dengan sitem TOK_TOK GLATOK, yaitu tiap pemilih berdiri dibelakang jagonya masing-masing. Dalam pilihan ini dimenangkan oleh ATMOREDJO al. RADIJO. Mulai saat itu (Jw. Wiwit/purwo) nama Desa Ngiwen oleh Gusti Lyder (Bupati Magetan) diganti dengan nama desa PURWOREJO. Dari kata PURWO : wiwit, mulai dan REDJO : ramai, rame. Karena lanjut usia, maka pada tahun 1950 ATMOREDJO mengundurkan diri dan jabatannya diganti oleh putranya sendiri yang bernama SURATMAN. Kedudukan sebagai Kepala Desa ini hasil pemilihan.