Di daerah Ponorogo sejak kedatangan Raden Katong lama kelamaan menimbulan perselisihan antara Raden Katong dan Ki Ageng Soko.Ki Ageng Soko adalah seorang pemimpin dari daerah Ponorogo.Perselisihan itu kemudian menyebabkan terjadinya peperangan antara pengikut Raden Katong dan pengikut Ki Ageng Soko tidak bisa mengalahkan pengikut Raden Katong dan akirnya Ki Ageng Soko dan para pengikutnya lari ke ke arah barat daya Ponorogo.
Ki Ageng Soko adalah penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.Setelah diamati oleh pengikutnya ternyata setiap hari seolah olah kehidupan Ki Ageng Soko hanya diabadikan untuk menyembah kepada Sang Hyang Widhi.Pada malam jum’at para pengikut Ki Ageng Soko disuruh berkumpul di tempatnya lalu Ki Ageng Soko memberikan ilmu tentang konsep kebatinan yaitu sembah rogo, sembah cipto , sembah kalbu dan sembah rasa. Pengikut Ki Ageng Soko mengusulkan bahwa nama desa itu diberi nama Sokowidi, tetapi diubah oleh Ki Ageng Soko dengan nama Sukowidi. Suko artinya suka, senang dengakan Widhi artinya Tuhan Yang Maha Esa dan arti dari Sukowidi adalah menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pengikut Ki Ageng Soko yang bernama Djoyo Manggolo sangat menekuni kerajinan dari batu yaitu lemper, ompak, uleg uleg, lumpang dan patung yang berasal dari arca.Akhirnya desa itu Selo Lumpang.Selo artinya batu.Lumpang artinya alat yang digunakan untuk menumbuk padi.Jadi Selo Lumpang adalah kerajinan yang berasal dari batu.Akhirnya nama Selo Lumpang diubah menjadi Slumpang.
Di Desa Sukowidi terdapat desa dengan pemimpin yang bernama Ki Ageng Bando.Lalu karena Ki Ageng Soko berbaik hati kepada Ki Ageng Bando,maka daerah tersebut sepakat bergabung ke daerah Sukowidi. Daerah itu dinamakan Cedhak.Cedhak artinya dekat, lalu nama itu diganti dengan nama Desa Jetak.
Dan akhirnya daerah Sukowidi memiliki daerah pemekaran yaitu Slumpang dipimpin oleh Djoyo Manggolo,Jetak dipimpin oleh Ki Ageng Bando sedangkan Sukowidi dipimpin oleh Ki Ageng Soko.
Demikianlah dari Asal Usul Desa Sukowidi.