VISI :
Terwujudnya masyarakat yang tentram, makmur, sejahtera, mandiri dan berakhlak.
MISI :
Menurut cerita orang-orang tua, Desa Jonggrang jaman dahulu masih berwujud hutan belantara, banyak pohon-pohon brendil dan juga terdapat hewan-hewan buas, seperti celeng, anjing ajak, ular berbisa dan masih banyak hewan lain yang sangat menakutkan penghuni hutan sehingga jarang manusia yang ingin menempati hutan brendil tersebut.
Awal dari cerita bahwa ada seorang wanita yang berasal dari Prambanan dengan sesilah Roro Jonggrang yang melarikan diri dari kraton karena selalu dikejar-kejar oleh Joko Pengalasan yang bermaksud ingin meminang untuk dijadikan permaisuri, namun Roro Jonggrang nampaknya tetap bersikukuh dan tidak menyukai Joko Pengalasan sehingga Roro Jonggrang memutuskan untuk melarikan diri untuk namur laku di daerah hutan, pedesaan dan akhirnya sampailah di hutan brendil. Lama kelamaan dari waktu ke waktu Roro Jonggrang bersembunyi dihutan brendil tersebut dapat menyelamatkan diri dan bertempat tinggal tepatnya dibawah pohon randu alas, dan Roro Jonggrang mendapatkan rasa aman karena Joko Pengalasan dengan bala tentaranya gagal menemukan Roro Jonggrang dan kehilangan jejak dan akhirnya kembali ke Kraton Pengging.
Setelah Roro Jonggrang tahu bahwa pengejaran Joko Pengalasan sudah lewat dan meninggalkan hutan brendil maka Roro Jonggrang menampakkan diri dan suatu ketika Roro Jonggrang mengambil bekal dan minum kelapa muda dan untuk keperluan mandi dan mencuci Roro Jonggrang membuat lubangan dari tempurung kelapa wal hasil keluarlah airnya. Karena setiap hari digunakan oleh seluruh pengikut Roro Jonggrang maka jadilah sebuah belik dan selalu mengeluarkan air dan menjadi sumber mata air.
Selama Roro Jonggrang tinggal di hutan brendil, banyak peninggalan / petilasan antara lain :
Antara sumber / belik tersebut makin lama makin bertambah besar sehingga kini menjadi sendang dan akhirnya sendang tersebut dipelihara dan dirawat dengan baik oleh warga masyarakat serta dianggap keramat sebagai punden tempat selamatan nadaran/akaul.
Setelah itu Roro Jonggrang merasakan kebebasan dari belenggu Joko Pengalasan dan bermaksud melanjutkan perjalanan ka daerah barat. Alas brendil sepeninggalan Roro Jonggrang sudah kelihatan asri, resik dan tumoto. Dan karena itulah banyak pendatang-pendatang baru antara lain ada seorang Kyai bernama SINGODRONO dengan anak dan istrinya yang berasal dari Wora-Wari (Mojopahit) dan mulai membuka lahan baru (perluasan) di sekitar sendang belik.
Kyai Singodrono memang kyai yang ulet dan tangguh dengan mengolah lahan pekarangan dan pertanian dapat menghidupi keluarganya sampai ajalnya. Mendengar daerah tersebut subur dan makmur akhirnya banyak pendatang dari berbagai daerah, salah satu pendatang tersebut adalah Kyai Jongarah beserta pendereknya yang berasal dari Sukowati Semarang, pendatang tersebut tidak hanya membabat hutan saja namun juga membuka lahan untuk ditanami pohon soko yang melingkari sendang gedhe.
Dari awal Kyai Jongarah sudah memaklumi bahwa asal muasal daerah tersebut bukan dari dirinya sendiri akhirnya bermusyawarah dengan pendatang-pendatang yang lain untuk mengatur rumah tangganya dan memberikan nama daerah tersebut yang diambilkan dari asal-usul yang membuka lahan tersebut yaitu Putri Roro Jonggrang, dan bersepakat untuk memberi nama daerah sendang gedhe tersebut JONGGRANG, yang dipimpin oleh Kyai Jongarah.
Pembukaan lahan tidak hanya dilakukan disekitar sendang gedhe saja namun juga disekitar sendang agung yang kala itu dipelopori oleh rekan Kyai Jongarah yaitu Panji Jekitut. Pada suatu ketika ada kejadian dua kerbau jantan yang sedang berkelahi (kebo burik) disekitar sendang agung. Perkelahian dua kerbau tersebut berlangsung cukup lama dan tidak ada seorang pun yang berani melerainya sampai akhirnya kedua kerbau itu tercebur ke dalam sendang agung. Kemudian kerbau tersebut diangkat oleh Panji Jekitut yang dibantu oleh Kyai Jongarah. Setelah kejadian tersebut akhirnya disepakati untuk memberi nama daerah tersebut JUMBLENG, yang dipimpin oleh Panji Jekitut.
Selama memimpin daerah Jonggrang dan daerah Jumbleng, kedua sahabat itu selalu bekerjasama dalam hal apapun termasuk dalam mengatur rumah tangganya dan akhirnya pada tahun 1837 antara Kyai Jongarah dan Panji Jekitut bersepakat untuk menggabungkan dua daerah tersebut ke dalam satu kepemimpinan dan mempercayakan tampuk kepemimpinan kepada Kyai Jongarah. Dari sinilah cikal bakal kepemimpinan Jonggrang bermula, sehingga Kyai Jongarah disebut sebagai Demang/Kepala Desa pertama Desa Jonggrang.
Semenjak dipimpin kyai Jongarah daerah Jonggrang semakin ramai didatangi warga dari daerah lain yang ingin tinggal dan menetap di Jonggrang. Dan hal ini berlangsung terus sampai akhirnya kyai Jongarah meninggal dan digantikan Demang/Kepala Desa berikutnya.
Diantara Demang/Kepala Desa yang pernah menjabat adalah :
Sejak tahun 1837 sampai tahun 1840 secara resmi daerah Jonggrang dan daerah Jumbleng digabungkan dan dipimpin oleh Kyai JONGARAH yang merupakan Demang pertama Desa Jonggrang. Sampai akhirnya Kyai Jongarah meninggal dunia.
Sejak terbentuknya perdukuhan atau desa Jonggrang hingga sekarang telah banyak mengalami perubahan/perkembangan namun dari semua perubahan tersebut ada satu hal yang sampai saat ini tidak mengalami perubahan yaitu mata pencaharian utama warganya yaitu pertanian. Desa Jonggrang memiliki luas lahan pertanian lebih luas dari pada lahan perumahannnya hal ini yang menjadikan Desa Jonggrang merupakan lumbung pertanian di Wilayah Barat khususnya dan di daerah Magetan pada umumnya. Maka tidak heran jika pada saat panen raya banyak warga dari luar desa Jonggrang yang datang untuk ikut bekerja memanen padi seperti dari daerah Poncol, Kartoharjo serta wilayah sekitar Desa Jonggrang.
Saat ini jumlah penduduk Desa Jonggrang mencapai 2.164 jiwa yang terdiri dari 1108 laki-laki dan 1056 perempuan yang tersebar di tiga dusun yaitu Dusun Sumberagung, Dusun Bulurejo dan Dusun Jonggrang Timur. Juga terdiri dari 4 RW dan 16 RT. Dengan mata pencaharian terbanyak sebagai petani.
Demikian sejarah singkat berdirinya Desa Jonggrang, informasi ini didapatkan dengan cara penggalian informasi dari beberapa sesepuh yang mengetahui silsilah dan sejarah Desa Jonggrang mulai awal berdirinya sampai saat ini, dengan beberapa penyesuaian seperlunya tanpa merubah alur sejarah. Juga dengan melihat bukti peninggalan sejarah yang masih ada dan terawat sampai saat ini.
Jonggrang, 10 Nopember 2020