ID Desa
135
Kode Desa
35.20.08.2020
Kecamatan
Panekan
Nama Desa
Banjarejo
Nama Kepala Desa
JANTI
Kode Pos
63352
Telepon
7755715
Email
desabanjarejo20@gmail.com
Alamat Kantor
Jalan Raya Melati, Selempuh, Banjarejo, Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur

VISI DAN MISI DESA BANJAREJO

KECAMATAN PANEKAN KABUPATEN MAGETAN

 

VISI

Terwujudnya Masyarakat Desa Banjarejo yang beriman, Berbudaya dan Berdaya, Bermartabat, Guna Menuju Kehidupan yang Aman, Tentram, Mandiri Sejahtera Siap Menyongsong Globalisasi

 

MISI

1. Mewujudkan Pemerintah Desa Banjarejo yang Transparan, Jujur sesuai Aturan dan Undang-Undang

2. Menjaga Keharmonisan Umat Beragama

3. Menjaga kebersamaan Masyarakat Desa Banjarejo dengan Menjunjung Tinggi Kegotong-royongan

4. Mengutamakan Pelayanan Publik Seorang Pemimpin adalah Pelayan Masyarakat

5. Mengembangkan/ Menggali Potensi Desa Banjarejo

6. Menata Usaha Aset Desa

7. Mengakses Segala Bentuk Program dari Pusat, Provinsi, Daerah

8. Meneruskan Program-Program Pemerintah Desa yang Belum Terselesaikan

9. Meningkatkan Produk Unggulan Desa Banjarejo yang Sudah Ada atau Membuat Produk Unggulan yang Baru


SEJARAH DESA BANJAREJO

KECAMATAN PANEKAN KABUPATEN MAGETAN

 OLEH : GUNAWAN AGUNG NUGROHO

 

Banjarejo adalah sebuah Desa yang masuk wilayah Kecamatan Penakan dan berada paling Utara dari Wilayah Kabupaten Magetan. Desa ini di batasi oleh:

Sebelah Utara              :  Desa Majasem Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi

Sebelah Selatan          :  Desa Sidowayah

Sebelah Barat              :  Desa Turi

Sebelah Timur             :  Desa Ginuk

Desa Banjarejo terdiri Dari beberapa dukuhan, yaitu:

  1. Dukuh Ngasem
  2. Dukuh Ngrombo
  3. Dukuh Genjeng

     Banjarejo adalah sebuah Desa yang masuk wilayah Kecamatan Panekan dan berada paling utara dari wilayah Kabupaten Magetan. Menurut  Bpk Soemarso Mantan  Kepala Desa Banjarejo yang telah menjabat selama 18 tahun, menceritakan tentang terjadinya Desa Banjarejo.

     Sebelum Tahun 1921 di wilayah ini ada dua Desa yakni Desa Ngasem (sebelah barat) dan Desa Genjeng (sebelah timur). Disamping itu juga ada suatu tempat yang dinamakan Ngrombo yang terletak di bagian paling utara. Ngrombo terdiri dari Blok Ngrombo, Krajan, Blok Gambiran, Blok Tular dan Blok Daren.

     Pada Tahun 1921 terjadi penggabungan antara Desa Ngasem dan Desa Genjeng, karena penggabungan itu daerah tersebut menjadi ramai. Desa Ngasem dan Desa Genjeng merupakan lahan yang letaknya MEMBANJAR dari Barat ke Timur, karena keadaan daerahnya yang seperti ini, maka atas kesepakatan dari penduduk setempat dan para sesepuh gabungan antara dua Desa itu di namakan BANJAREJO. Yakni dari kata Banjar dan Rejo, akhirnya menjadi nama Desa Banjarejo sampai sekarang ini, sedangkan Ngasem dan Genjeng menjadi Dukuhan, di tambah Ngrombo yang terletak paling utara.

     Dinamakan Dukuh Ngasem karena pada zaman dahulu di wilayah tersebut banyak ditumbuhi pohon Asem (Jawa Asem) yang sangat subur sehingga banyak menghasilkan buah yang bermanfaat bagi penduduk setempat, dengan keadaan ini ekonomi warga setempat bisa lebih baik, di dukuhan Ngasem ini ada tempat yang dikeramatkan yaitu Punden Seringin.

 

PUNDEN SERINGIN

     Pada Zaman dahulu ada 3 ( tiga ) Saudara Pasukan sukowati bernama Singo Yudo, Prawiro Yudo, Nantang Yudo membuka lahan di wilayah ini. Selama membuka lahan mereka hidup bersama sama  bahkan rumahnyapun saling berdekatan (Jawa Nempel) dengan adanya itu maka tempat ini sering disebut TEMPEL hingga sekarang. Mbah Prawiro yudo mempunyai putra satu laki-laki namun meninggal di usia muda sebelum menikah, akhirnya mbah prawiro yudo , istri dan putranya di makamkan di tengah tengah dusun Tempel tepatnya di bawah pohon beringin yang sangat rindang dan menjulang tinggi bahkan sampai kelihatan dari lain desa makam tersebut dinamakan Makam / Punden SERINGIN.

   Dengan adanya Makam/Punden Seringin tersebut masyarakat sekitar apabila mempunyai hajatan pasti meluangkan waktunya untuk Ziarah dan Kirem Do`a, apabila tidak dilakukan pasti ada kejadian-kejadian yang janggal dan konon kabarnya apabila ada orang yang mantu harus mengambil daun beringin tersebut, sampai sekarang punden tersebut masih dianggap keramat oleh masyarakat setempat.

     Dinamakan Dukuh Ngrombo, karena pada zaman dahulu di wilayah ini terdapat hamparan tanah kosong yang sangat luas, tanah tersebut seperti tidak bertuan dan tidak ada tumbuhan apapun selain rerumputan, tempat itu sering digunakan oleh warga setempat untuk mengembala (Jawa Angon) ternak ternaknya, dengan keadaan nyang seperti ini warga setempat sering menyebutnya dengan Lapangan (Jawa ORO ORO OMBO) sesuai kesepakatan para warga dan sesepuh tempat ini dinamakan NGROMBO.

Di wilayah ini juga banyak peninggalan-peninggalan, Punden dan juga legenda cerita rakyat yang masih di jaga (jawa diuri-uri).


1. PUNDEN NGROMBO

     Punden ini sampai sekarang masih di anggap keramat oleh warga setempat, terbukti apabila di lingkungan Dukuh Ngrombo ada yang mempunyai hajat dipastikan kirem Do`a ke tempat ini dan setiap Suro selaludi bersihkan dan di uri-uri.

2. ARCA BELANGA ( Jawa Dandang ) letaknya di Dukuh Ngrombo tepatnya di Daren

     Pada Jaman Dahulu di wilayah ini ada seorang gadis cantik bernama Kleting Kuning gadis ini kesehariannya menjadi pembantu di rumah seorang janda yang amat kejam, apabila kleting kuning tidak dapat mengerjakan sesuatu yang diperintahkannya, janda itu marah marah terkadang sampai memukul. Pada suatu hari Kleting Kuning disuruh mencari Daun semanggi (sejenis rumput yang juga dipergunakan untuk sayuran) dia diberi wadah berupa Keranjang ..MOTO ERO .. keranjang yang anyamannya jarang-jarang sehingga apabila dimasuki sesuatu barang tersebut langsung jatuh menerobos keluar melalui sela-sela anyaman yang jarang-jarang itu. Keranjang itu oleh si Janda harus penuh berisi Daun Semanggi, namun usaha Kleting Kuning selalu gagal, karena setiap kali keranjang itu dimasuki daun semanggi langsung keluar dan jatuh, karena merasa jengjel Kleting Kuning membuat sayembara : barang siapa dapat mengisi penuh keranjangnya dengan daun semanggi, apabila laki-laki akan dijadikan suaminya, tetapi apabila perempuan akan dijadikan saudara kandung. Akhirnya datanglah seekor Bangau yang besar mendekati Kleting Kuning , Burung Bangau itu bicara layaknya manusia dan sanggup memenuhi keranjang Moto Ero tersebut dengan Daun Semanggi. Setiap saat setiap waktu Burung Bangau itu kesana kemari di sawah mengambil Daun Semanggi dengan keranjang Moto Ero . sehingga area pesawahan ini di namakan SEBANGO.
     Tetapi Kleting Kuning mengingkari janjinya tidak mau dipe istri Burung Bangau itu, Burung Bangau marah dan terjadi saling kejar mengejar ( Jawa di godak ) sehingga persawahan tempat kejar mengejar antara Kleting Kuning dan Burung Bangau itu disebut SEGODHAG tetapi akhirnya kleting kuning menyerah dan mau di peristri. Akhirnya kleting kuning hidup bersama Burung Bangau dan bermukim di sebuah rumah yang banyak Anai-anainya (Jawa Rayap) oleh karena itu tempat bermukim Kleting Kuning di namakan SERAYAP.

     Pada suatu hari Kleting Kuning mendapat tugas membersihkan Belanga (Jawa Dandang) di sumber kelampok, pada suatu ketika waktu Kleting Kuning sedang membersihkan Belanga (Jawa Dandang) di sumber itu datanglah seorang wali (pemimpin Agama Islam ) mengajak kleting kuning untuk masuk islam,  kleting kuning tidak mau karena pemeluk Agama Hindu yang setia, maka wali tersebut menjatuhkan kata-kata saktinya yang menyebabkan kleting kuning dan Belanganya hilang seketika di sumber itu yang tinggal hanya belanga yang telah berubah menjadi Batu berbentuk Belanga (Jawa dandang).

     Batu berbentuk Belanga ( jawa dandang ) itu oleh penduduk setempat dinamakan Arca Belanga (RECO DANDANG) yang sekarang berada di bawah pohon sudah terbungkus akar.dan disekitar sumber kelampok ini sering di temukan emas dan sejenisnya. Dari cerita di atas sering warga masyarakat menyimpulkan bahwa Kalau ada janda, sukar untuk mendapatkan jodoh kembali. Di Desa Banjarejo tidak boleh ada pementasan kesenian apapun yang menyangkut atau mirip dengan kehidupan Kleting Kuning, seperti Ande-ande Lumut dan sejenisnya.

     Disamping itu Dukuh Ngrombo juga memiliki Kesenian Tradisional peninggalan Nenek moyang dahulu, yaitu REYOG, keberadaannya Reyog di Dukuh Ngrombo yang pertama di bawah kepemimpinan MBAH MARTO SAERAN di beri nama SIDO MUNCUL. Grup ( jawa BOREG ) ini tidak berjalan lama, karena Beliau meninggal dunia, sekian tahun keberadaannya mati suri baru kisaran Tahun 2007 Grup REYOG ini bangkit/hidup lagi di bawah kepemimpinan MAS SUYANTO, ia gandeng saudara-saudara terdekat temen –temen seperjuanagn di ajak untuk berlatih ( latihan ) Mas Yanto dengan tekat yang keras dan niat yang tulus  berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan mengajarinya dengan penuh kesabaran sehingga sekarang Grup REYOG tersebut dapat berdiri kembali berkembang pesat dengan Nama Baru Yaitu GEMBONG TRISNO BUDOYO terbukti saat ini banyak job yang ia dapatkan , selain job pada waktu-waktu tertentu grup REYOG tersebut di undang main di Balai Desa tepatnya pada waktu Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Sampai sekarang Grup tersebut masih berjalan lancer.

     Dinamakan Dukuh Genjeng pada zaman dahulu di wilayah itu ada sepasang kakek nenek yang hidupnya sangat sederhana sekali, walaupun hidupnya sederhana tapi mereka sangat di segani dan di hormati oleh warga setempat, Kesehariannya mereka hidup bertani. Beliau adalah MBAH ENGKREK. Keesokan harinya Embah Engkrek beranjak pergi ke sawah untuk mengairi tanamannya ,beliau berjalan pelan-pelan menelusuri jalan setapak di pinggiran sungai sambil sesekali memperhatikan aliran sungai .setelah beberapa saat berjalan si kakek mendengar suara yang aneh dari arah sungai, pelan pelan di hampirinya suara tersebut, ternyata suara berasal dari pancuran air , suaranya mirip sebuah gamelan (Jawa Gembrenjeng) sesuai bunyi suara tersebut maka penduduk setempat menyebut wilayah atau tempat ini dengan sebutan GENJENG dan sekarang menjadi Dukuh Genjeng.

Tidak lama kemudian Mbah Engkrek meninggal dunia dan dimakamkan di Dukuh Genjeng. Makam MBAH ENGKREK sekarang berada di RT 20 RW 08 Genjeng, hingga sekarang makam tersebut masih di uri-uri di keramatkan.

Demikian sejarah terjadinya Dukuh dan Desa Banjarejo Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan.