ID Desa
115
Kode Desa
35.20.07.2012
Kecamatan
Plaosan
Nama Desa
Dadi
Nama Kepala Desa
SARMIN
Kode Pos
63361
Telepon
Email
Alamat Kantor
Jl. Raya Sarangan No.Km. 14, No.01, RT./Rw/RW.:013/07, Ngerong, Dadi, Kec. Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur 63361

Visi

Terwujudnya Desa Dadi menjadi  Desa yang Mandiri berbasis pertanian yang modern, untuk mencapai masyarakat yang sehat, cerdas dan lebih sejahtera ”.

 

Misi

  1.    Meningkatkan potensi sumber daya manusia melalui peningkatan kapasitas menuju masyarakat berpendidikan dan agamis.
  2.    Meningkatkan pembangunan infrastruktur yang mendukung perekonomian desa, seperti jalan, saluran irigasi serta infrastruktur strategis lainnya.             
  3.    Meningkatkan pembangunan di bidang pendidikan untuk mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia agar memiliki kecerdasan dan daya saing yang lebih baik.
  4.    Meningkatkan pembangunan ekonomi dengan mendorong semakin tumbuh dan berkembangnya pembangunan dibidang pertanian dalam arti luas, industri, perdagangan dan pariwisata.
  5.    Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik ( good governance ) berdasarkan demokratisasi, transparansi, penegakan hukum, berkeadilan, kesetaraan gender dan mengutamakan pelayanan kepada masyarakat.
  6.     Mengupayakan pelestarian sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dan pemerataan pembangunan guna meningkatkan perekonomian.
  7.    Meningkatkan kualitas sumber daya manusia Aparatur Pemerintahan Desa dan Lembaga Desa agar selalu mengoptimalkan kedisiplinan dalam bekerja sesuai tugas dan fungsinya.
  8.    Menggerakkan roda perekonomian masyarakat dengan meningkatkan peran BUMDES.
  9.     Meningkatkan pelayanan umum di bidang pemerintahan, pendidikan, kesehatan dan sosial budaya.
  10.     Menumbuh kembangkan sikap gotong royong dan keswadayaan masyarakat yang menjadi ciri khas desa sejak jaman dahulu.

Desa Dadi merupakan salah satu desa yang ada di lereng gunung lawu bagian timur, kecamatan plaosan kabupaten magetan. Mengungkap sejarah asal usul desa dadi yang telah di himpun dari berbagai sumber sejarawan desa dan peninggalan – peninggalan sejarah yang masih ada di Desa Dadi. Konon pada Zaman dahulu kala desa dadi berasal dari perjalanan seekor Naga yaitu “ Naga Baruklinting” yang juga merupakan rentetat sejarah Rawa Pening yang ada di jawa tengah, dan juga sejarah asal usul Telaga Pasir atau yang lebih di kenal Telaga Sarangan. 

Konon pada zaman dahulu kala Naga Baruklinting melakukan pengasingan berjalan dari rawa pening dalam keadaan mengandung, pada kala itu tiba di suatu lembah di lereng gunung lawu bagian timur naga baruklinting merasakan sakit akibat mengandung telur yang ada di perutnya, di situ Naga Baruklinting mengucapkan Kata “Wolo-wolo Kuwato”  (dalam bahasa indonesia berarti “semoga diberi kekuatan”) dan sekarang lokasi itu menjadi nama sebuah Dusun yaitu Ngwolo. Walaupun sakit dia tetap melanjutkan perjalananya sampailah di tepi sungai gandong akan tetapi Malah “Moyo-moyo” (dalam bahasa indonesia berarti “semakin terasa”) lokasi itu saat sekarang diberi nama “Onggomoyo” merupakaan kawasan lereng semak belukar konon di anggap angker oleh warga setempat, selanjutnya Baruklinting pun melaju ketimur sampailah di tengah hamparan hutan bambu sesampainya di situ rasa sakitnya semakin menjadi jadi dalam bahasa jawa “ Soyo Dadi ” dari situlah asal usul nama Dusun Dadi yang sekarang menjadi nama Desa Dadi yang merupakan gabungan delapan dukuhan.

Tidak berhenti sampai di situ Naga Baru klinting tetap melanjutkan perjalananya keselatan hutan bambu tersebut namun air ketuban akibat Naga Baruklinting mulai keluar “Gupak Kabeh” (dalam bahasa indonesia berarti “ Berceceran”) diapun merasa akan melahirkan telur yang dikandungnya, akhirnya di berjalan ke utara menyeberangi kali gandong sesampainya di seberang sungai ia harus berhenti/beristirahat dalam istilah jawa “Kudu Leren” sekarang daerah itu diberi nama “Kuren” setelah beberapa saat beristirahat lalu iya terbang menuju gunung lawu untuk bertelur.

Demikian cuplikan sejarah singkat Desa Dadi, yang merupakan gabungan dari delapan dukuhan/Dusun yaitu Compok, Ngwolo, Gemutri, Pakel, Kuren, Ngerong, Gupakan dan Dadi. Dari setiap dukuhan yang ada di desa dadi juga memiliki sejarah dan cerita masing masing.

 

  1. Dusun Compok

Gambar 1.1 Dusun Compok

Dusun Compok merupakan salah satu bagian dari desa dadi asal usul nama Compok yaitu berasal dari pohon “sompok” yang tumbuh di daerah tersebut dengan tumbuhnya peradaban di daerah itu maka di beri nama Compok, sedikit mengulas sejarah di compok ada sebuah sumber mata air yang berbentuk cekungan seperti panci/dandang penanak nasi mata air itu bernama “ sumber dandang” namun dengan kemajuan jaman lokasi tersebut di bangun masjid. Pada saat sekarang penduduk Dusun Compok bermata pencaharian bertani sebagian besar di bidang tanaman Hias dan taman.

 

  1. Dusun Ngwolo

Gambar 1.2 Dusun Ngwolo

Kembali ke sejarah Baruklinting “ Wolo-wolo kuwato” (Semoga diberi kekuatan) dusun Ngwolo juga memiliki cerita yang tidak kalah menarik, peradaban pertama wong jowo menyebut Cikal Bakal ialah Eyang kliwon penguasa Sumber mata air Ngunut yang sangat dermawan, memberikan sumber penguripan/kehidupan berbagi air kesiapapun, yang konon menurut cerita rakyat daerah sekitar daerah tadah hujan namun berkat air dari sumber ngunut menjadi gemah ripah loh jinawi, namun sebaliknya Eyang kliwon memiliki anak yang bernama Ismail yang bersifat Galak. 

 

  1. Dusun Gemutri

Gambar 1.3 Dusun Gemutri

      Gemutri mungkin tidak asing pada era 80 an.. hehehe menjadi tempat prostitusi yang terkenal di daerah magetan namun semakin tergusur dengan kemajuan jaman di tutup pada tahun 90an. Mengungkit sejarah asal muasal dusun Gemutri, yaitu deretan cerita asal usul telaga wahyu yang di buat oleh bangsa jin yang gagal di bangun atau “Wurung” (berarti belum) karena warga disekitar telaga takut pemukimanya akan menjadi telaga, akhirnya para penduduk membunyikan lesung menyalakan api seolah olah mebuat tengah malam menjadi pagi, dari situ Bangsa jin menghentikan pembuatan telaga wurung. dari situlah nama Dusun gemutri ber asal karena di gunakan bangsa jin untuk berputar putar “Ge muteri” dalam istilah jawa. 

 

  1. Dusun Pakel

Gambar 1.4 Dusun Pakel

  Dusun Pakel juga bagian dari desa Dadi wilayah bagian utara yang asal usul nama dusun tersebut di ambil dari nama pohon buah Pakel Dusun Pakel juga bagian dari desa Dadi, wilayah bagian utara yang asal usul namanya diambil dari nama pohon buah Pakel. Konon, pada masa lalu, kawasan ini dipenuhi oleh pohon pakel yang tumbuh subur di sepanjang aliran sungai. Pohon pakel dengan buahnya yang manis menjadi sumber makanan dan penghidupan bagi penduduk setempat. Seiring berjalannya waktu, nama pohon pakel pun melekat dan menjadi identitas bagi dusun ini. Ada juga yang bercerita bahwa di bawah pohon pakel tua nan rindang, para sesepuh desa sering mengadakan musyawarah dan mengambil keputusan penting.

 

  1. Dusun Kuren 

Gambar 1.5 Dusun Kuren

Tidak lepas dari sejarah Baruklinting “Kudu Leren” dusun Kuren juga memiliki sejarah lanjutan yaitu terdapat Petilasan Syekh Maulana Maghribi seorang ulama besar dari timur tengah dalam perjalananya menyebarkan agama islam di tanah jawa, dan juga penurun Raja raja jawa berdasarkan silsilah keturunan dari Syekh Majidil Qubro menikah dengan Nyai Tabiyah memiliki keturunan yaitu Syekh Maulana Maghribi, selanjutnya menikah dengan Dewi Rosowulan yang tidak lain saudara kandung Sunan Kali Jogo (Raden Sahid) dikaruniai seorang anak ia adalah Joko Tarub yang menikah dengan Dewi Nawang Wulan memiliki Putri bernama Dewi Nawangsih, yang merupakan istri dari Raden Bondan Gejayan ia adalah Putra dari Prabu Brawijaya V. Pernikahan keduanya memiliki keturunan yaitu trah Ki Ageng Getas Pandawa, Ki Ageng Selo, Ki Ageng Nis, dan Ki Gede Pemanahan memiliki seorang putra bernama Danang Sutawijaya di kemudian hari ia lebih di kenal dengan Panembahan Senopati Pendiri Kasultanan Mataram dan juga dikenal sebagai sosok peletak dasar kesultanan. 

Dalam syiar Agama islam di tanah jawa Syekh Maulana Maghribi di temani oleh Haji Datuk bersinggah di dusun kuren, Syekh Maulana Maghribi melanjutkan perjalananya seorang diri dan memerintahkan sahabatnya tetap tinggal di dusun kuren untuk menyebarkan agama islam di daerah sekitar gunung lawu. Sekarang petilasan tersebut juga menjadi makam Haji Datuk di kenal dengan “Makam Mbah Kaji”

 

  1. Dusun Ngerong

Gambar 1.6 Dusun Ngerong

Pada zaman dahulu kala, di suatu lembah yang berada di desa dadi ditemukan sebuang lubang besar ditanah berwujud seperti Gentong, dalam istilah jawa “Rong” dari situlah muncul nama Dusun ngerong. Menurut cerita sejarawan desa, pada dahulu warga setempat membendung sungai (Kali Gandong) dan air sungai keseluruhan dimasukan kedalam lubang/Rong berhari-hari, berjam-jam namun yang terjadi lu bang tidak bisa penuh. 

Ada pula sejarang yang menarik di dusun ngerong yaitu dari cerita pewayangan PATIH SUWANDA/BAMBANG SUMANTRI adalah putra Resi Suwandagni dari pertapaan Argasekar dengan permaisuri Dewi Darini, seorang hapsari/ bidadari keturunan Bathara Sambujana, putra Sanghyang Sambo. Ia mempunyai seorang adik bernama Bambang Sukasarana/ Sukrasana, berwujud raksasa kerdil/bajang. Dalam cerita pewayangan Bambang Sumantri adalah seorang yang sangat sakti dan memiliki senjata pusaka berupa Panah Cakra. Selain ahli dalam ilmu ke tata pemerintahan dan tata kenegaraan. Sumantri juga mahir dalam olah keprajuritan dan menguasai berbagai tata gelar perang. Setelah dewasa, ia mengabdi pada Prabu Arjunasasra/ Arjunawijaya di Negara Maespati. Sebagai batu ujian, ia ditugaskan melamar dewi citrawati, putrid Negara Magada yang waktu itu menjadi rebutan/ lamaran raja-raja dari seribu Negara. Sumantri berhasil memboyong Dewi Citrawati. Tetapi sebelum menyerahkan kepada Prabu Arjunasasra, ia lebih dahulu ingin menguji kemampuan dan kesaktian Prabu arjunasasrabahu sesuai dengan cita-citanya ingin mengabdi pada raja yang dapat mengungguli kesaktiannya. Dalam peang tanding Sumantri dapat dikalahkan Prabu Arjunasasra yang bertiwikrama. Ia kemudian disuruh memindahkan Taman Sriwedari dari Kahyangan Untarasegara ke negara Maespati bila ingin pengabdiannya diterima. Dengan bantuan adiknya yang bernama Sukasrana, Taman Sriwedari dapat dipindahkan, akan tetapi secara tidak sengaja Sukasrana mati terbunuh olehnya dengan senjata Cakra Oleh Prabu Arjunasasrabahu. Dengan keberhasilanya memindahkan taman Sriwedari Sumantri diangkat menjadi patih negara Maespati bergelar Patih Suwanda. 

Dalam perjalananya Patih Suwanda tersandung Tunggak Jati (Bonggol dari kayu Jati) akhirnya diapun menimbun bonggol kayu itu dengan tanah yang diambilnya dari telaga Wahyu, menjadi gundukan tanak yang sangat besar bernama “Puntuk Geneng” yang terletak di depan Balai Desa Dadi, ujung timur dusun Ngerong Desa Dadi. Patih Suwanda pun bersabda “ Bakale Ono Rejaning Jaman Sak kulone papan iki ojo ngaghnti ngedekake pilar saka kayu jati”  (dengan keramaian jaman di sebelah barat Puntuk Geneng tidak boleh mendirikan tiang dari kayu jati) mitos tersebut masih sangat dipercaya oleh masyarakat setempat sampai dengan sekarang, mitos lainya yaitu Puntuk Geneng juga di gunakan sebagai tempat pemujaan turunya hujan oleh warga setempat, Dahulu kala setiap terjadi kemarau yang panjang warga masyarakat Desa Dadi dan juga warga masyarakat dari berbagai desa tetangga.

 

  1. Dusun  Gupakan

 

Gambar 1.7 Dusun Gupakan

Dusun gupakan merupakan daerah/wilayah desa dadi bagian selatan dengan asal usul sejarah dusun dari kisah Baru klinting, tidak kalah menariknya cerita rakyat yang ada di dusun gupakan. Dalam perjalanannya, Naga Baru Klinthing menuju ke arah selatan. Alkisah ketika berjalan melewati dusun ini, Naga Baru Klinthing meninggalkan jejak air ketuban yang ia miliki dikarenakan sedang mengalami masa mengandung telur naga yang berceceran di sepanjang jalan. Bekas ceceran air ketuban tersebut dinamakan “Gupak Kabeh” yang dalam bahasa Indonesia memiliki arti berceceran. Dari kata “Gupak Kabeh” tersebut, dusun ini dinamakan “Gupakan”. Di bagian puncak dusun tersebut ada sebuah padang ilalang yang bernama “Thuk Buchu” dengan nuansa alam dan pemandangan yang sangat indah, dari sana kita bisa melihat berbagai kota di bagian timur lereng gunung lawu. Di lokasi tersebut juga ada Cemara Nganten/Temanten (Cemara Sepasang) konon menurut cerita masyarakat sekitar dipercaya, Apabila pasangan kekasih yang berkunjung kesana akan di karuniai “Pasangan Langgeng” (pasangan abadi).

 

  1. Dusun Dadi

Gambar 1.8 Dusun Dadi

Konon, berabad silam, sosok makhluk yang berwujud naga bernama Baruklinting terluka parah saat melintasi hutan bambu yang lebat. Dalam kesakitannya, ia menggumamkan kata-kata "Soyo Dadi" yang berarti "semakin menjadi-jadi" dalam bahasa Jawa. Tempat di mana ia menderita itu kemudian dikenal sebagai Dusun Dadi. Nama ini seolah menjadi saksi bisu atas penderitaan yang dialami Baruklinting, namun juga menjadi simbol keteguhan semangat manusia yang mampu bertahan hidup di tengah kesulitan. Dikisahkan dalam cerita masyarakat, bahwa dahulu kala warga yang berada di area utara Desa Dadi hendak membangun permukiman, tetapi selalu tidak membuahkan hasil. Singkat cerita, ketika para warga melakukan pembangunan di lokasi Dusun Dadi, ajaibnya permukiman dapat terbangun. Berbeda dengan percobaan pembangunan di lokasi utara, akhirnya tempat ini dinamakan “Dadi” karena menjadi tempat yang telah menjadikan permukiman warga.. Seiring berjalannya waktu, Dusun Dadi berkembang menjadi sebuah desa yang besar dan makmur, menyatukan delapan dukuhan dalam satu kesatuan yang harmonis.

Desa Dadi terdiri dari 8 Dusun yaitu :

  1. Dusun Compok
  2. Dusun Ngwolo
  3. Dusun Gemutri
  4. Dusun Pakel
  5. Dusun Kuren
  6. Dusun Ngerong
  7. Dusun Gupakan
  8. Dusun Dadi

 

Daftar nama – nama Kepala Desa Dadi yang pernah pernah memimpin di Desa Dadi adalah sebagai berikut :

NO

NAMA KADES

ALAMAT

JABATAN

1

Harjo Diman

Dusun Ngerong

Th.

1919

s/d Th.

1950

2

Wongso Sadin

Dusun Dadi

Th.

1951

s/d Th.

1971

3

Harun Suwardi

Dusun Ngerong

Th.

1971

s/d Th.

1978

4

Supangat

Dusun Ngwolo

Th.

1979

s/d Th.

1986

5

Giwoto

Dusun Ngwolo

Th.

1987

s/d Th.

1994

6

Bowo Sugiarto

Dusun Ngwolo

Th.

1995

s/d Th.

2002

7

Gito

Dusun Dadi

Th.

2003

s/d Th.

2013

8

H. Sarmin

Dusun Ngwolo

Th.

2014

s/d Th.

Sekarang