Kelurahan Sukowinangun adalah salah satu Kelurahan di wilayah Kota Magetan, yang mempuyai luas wilayah ± 153 Ha yang berbatasan langsung dengan wilayah , sebelah barat Kelurahan Kepolorejo, sebelah Timur Desa Baron dan Purwosari, sebelah selatan Kelurahan Kebonagung dan sebelah utara Desa Melangasri dan Kantor Kelurahan letaknya sangat setrategis berada timur persimpangan jalan antara Jalan Yos Sudarso / Mayjend Sungkono dan Jalan MT Haryono / Jalan Kunti
Singkat cerita :
bahwa Kelurahan Sukowinangun berasal dari 2 ( dua ) Desa dan 1 ( satu ) wilayah yaitu
- Desa BANGUN yang terdiri dari 2 ( dua ) dukuhan yaitu Dukuh Bangun dan Malangi yang saat itu di pimpin oleh Kepala Desa bernama KARYODIMEJO
- Desa CLELEK yang terdiri dari 2 ( dua ) dukuhan yaitu dukuh Bantengan dan Sobontoro / yang lebih terkenal dengan sebutan Betoro yang di pimpin oleh Kepala Desa bernama HIRODIKROMO
- Banjarmlati yang seblumnya merupakan bagian dari Kelurahan Kebonagung
Dari Ketiga Desa / wilayah tersebut di atas mempunyai legenda masing masing antara lain :
- Dukuh MLANGI yang berada di Desa Bangun , sekitaran tahun 1860 ada seorang pendatang yang bernama Malangi (Kyai Malangi) ke wilayah ini dengan maksud dan tujuan si’ar agama Islam, dan kedatangannya pun di sambut gembira oleh penduduk setempat, sebagai sarana siar dan mengajar ngaji Kyai terebut di bantu warga setempat mendirikan LANGGAR, PENGABDIAN Kyai Malangi sampai akhir hayat dan jenasahnya di makamkan makam umum di dukuh Mlangi. Untuk menghormati dan menghargai pendatang tersebut yang telah banyak memberikan WULANGREH kepada warga setempat sehingga mengabadikan nama Kyai Malangi tersebut sebagai nama dukuhan menjadi dukuh MLANGI sampai sekarang
- Dukuh CLELEK, Konon dahulu kala ada seorang yang datang di wilayah ini dengan rasa ketakutan karena menjadi boron Pemerintah Kerajaan , sikap orang tersebut mondar mandir / CLELA CLELE ( berpuara pura gila ) untuk mengelabuhi tentara kerajaan yang mengejar , sehingga oleh orang orang yang menempati wilayah ini menamakan wilayah ini CLELE /CLELEK
Warga setempat kurang nyaman dengan nama dukuh CLELEK karena mempunyai konotasi yang sangat jelek apalagi letaknya berdekatan dengan pasar dan terminal sehingga pada tahun 1964 dukuh clelek dengan kesepakatan warga setempat dirubah dengan nama dukuh Bangunsari yang mempunyai makna suka membangun
- Dukuh Bantengan , sekitaran tahun 1855 ada sapi hutan (BANTENG) yang ngamuk yang memporak porandakan semua yang ada di wilayah ini, bersyukur ada seseorang yang dengan aji pangluluh mampu menjinakan banteng ini, oleh orang ini dengan sabdanya apabila di kemudian hari wilayah ini ramai, wilayah ini di namakan BANTENGAN
- Dukuh Sobontoro, Saat itu pada tahun 1855 datang seorang Kayai besar yang bernama Kyai Sobontoro ke wilayah ini. Kedatangannya tidak lain untuk menyebarkan agama Rosululloh yaitu agama Islam, dan kedatangannyapun di sambut gembira warga setempat, berjalannya waktu wilayah ini sebagai pusat penyebaran Agama Islam, akhirnya atas kesepakatan bersama wilayah ini di namakan SOBONTORO
- Dukuh Banjarmlati (yang awalnya merupakan bagian dari Kelurahan Kebonagung) Sekitaran Tahun 1860 an wilayah ini di datangi seseorang yang masih merupakan kerabat kraton SURAKARTA , beliau datang dengan tujuan untuk TETIRAH / menenangkan diri namun siapa sangka kerabat kraton tersebut mempunyai keahlian di bidang pertanian sehingga kedatangannayapun di sambut baik oleh warga setempat, beliau tdk pernah melepas Keris segabai ageman / Penjaga diri , keris tersebut mempunyai YONI / daya magis yang sangat kuat sehingga banyak pihak pihak yang punya keinginan untuk memiliki. Setelah beliau meninggal oleh warga setempat di makamkan di banjarmlati dan orang tersebut oleh warga di juluki Kyai SELURUNG dan sampai saat ini di jadikan Punden warga setempat yg bertempat di belakang gedung SDN Sukowinangun IV.
Sejarah berdirinya Bangunsari
Bahwa Dukuh Bangunsari terdiri dari gabungan antara Dukuh Clelek, Dukuh Sobontoro dan Dukuh Bantengan. Atas kesepakatan sesepuh ke 3 dukuh pada tahun 1964 diadakan perubahan nama dukuh, ada beberapa pilihan antara lain Sukosari, Bangunsari dan Sumbersari. Dan yang menjadi kesepakatan BANGUNSARI sampai sekarang.
Pada tahun 1901 atas kesepakatan bersama dari 2 ( dua ) desa tersebut dan di tambah wilayah Mbanjarmlati bergabung menjadi 1 ( satu ) menjadi desa SUKOWINANGUN yang saat itu di pimpin oleh Kepala Desa bernama BPK MUNODHO
dan selanjutnya pada Tahun 1984 Desa Sukowinangun sesuai Keputusan menjadi Kelurahan Sukowinangun