VISI : MENUJU DESA TULUNG YANG LEBIH SEJAHTERA
MISI : 1. MENINGKATKAN RASA AMAN BAGI SELURUH WARGA DESA TULUNG
2. MENGAYOMI SELURUH RAKYAT DESA TULUNG DALAM SEGALA BIDANG
3. MENJAMIN KEBEBASAN DALAM BERAGAMA
Pada jaman dahulu wilayah yang sekarang disebut sebagai Desa Tulung yaitu sebuah Desa yang dibelah dua oleh sungai Beringin adalah jalan yang ramai, jalan bagi banyak orang berlalu lalang. Termasuk salah satunya adalah orang-orang dari Bulukerto (Wonogiri) yang akan menuju daerah Ngawi. Pada waktu itu banyak orang dari daerah Bulukerto yang bekerja di Ngawi khususnya ketika musim panen padi.
Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai sebagai KURUNG ( Buruh panen padi) di daerah Ngawi. Setiap pagi mereka berangkat dari Bulukerto dan pulang pada sore hari. Suatu ketika dalam perjalanan pulang menuju Bulukerto salah seorang dari pekerja sakit sehingga tidak bisa melanjutkan perjalanan pulang ke Bulukerto. Pada hari itu kebetulan ada rombongan musafir yang dipimpin oleh Jabar Sadik (Ja’far Sodiq) yang melewati jalan tersebut.
Salah seorang dari rombongan ulama melihat orang yang sakit dan melaporkan kepada pimpinan rombongan.
“Tuan Ja’far Sadik, sepertinya ada orang sakit di depan jalan kita” kata salah seorang dari rombongan ulama
“Mari kita berhenti sejenak memeriksanya, dan yang lain bisa beristirahat” Jabar sadik berkata kepada abdinya.
Kemudian Jabar Sadik memerintahkan para abdinya untuk beristirahat sementara dia memeriksa dan merawat orang sakit tersebut. Sembari merawat sakitnya Jabar Sadik bertanya kepada orang sakit tersebut.
“Dari mana asalmu kisanak ? dan hendak pergi kemana ?” tanya Jabar Sadik
“Saya berasal dari Bulukerto Tuan. Saya bekerja di Ngawi, saat ini saya dalam perjalanan pulang menuju Bulukerto” ucap orang tersebut.
“Baiklah, kisanak beristirahat saja disini sembari saya obati sakit kisanak” ucap Jabar Sadik
Ternyata sakit yang diderita sudah parah dan dalam perawatannya akhirnya orang tersebut meninggal dunia yang kemudian jenazahnya dirawat oleh rombongan yang dipimpin oleh JABAR SADIK (Ja’far Sodiq).
Setelah merawat jenazah, kemudian rombongan tersebut melanjutkan perjalanan menuju padepokan Kolo Widoro. Jabar Sadik (Ja’far Sodiq) sendiri adalah seorang ulama yang menyebarkan agama Islam di Padepokan KOLO WIDORO yang dipimpin oleh Ki Kolo Widoro. Jabar Sadik (Ja’far Sodiq) sendiri adalah teman dekat Ki Kolo Widoro.
Sementara itu, Pawang Bulukerto yang mengetahui anak buahnya belum kembali segera mencari keberadaan anak buahnya. Dalam pencariannya Pawang tersebut singgah di Padepokan Kolo Widoro.
“ Kulonuwun... “ ucap Pawang Bulukerto ketika sampai di Padepokan Kolo Widoro
“Monggo..Sugeng rawuh...silahkan masuk kisanak, pintu rumahku selalu terbuka untuk tamu” balas Ki Kolo Widoro sembari menyilahkan masuk tamunya.
“ Saya Pawang Bulukerto, mohon maaf sebelumnya mengganggu waktu istirahat kisanak. Saya dalam perjalanan untuk mencari anak buah saya yang belum pulang dari bekerja di Ngawi..” kata Pawang Bulukerto kepada Ki Kolo Widoro
“Kedatangan saya kesini bermaksud untuk berisitirahat dan juga bertanya mungkin ada berita tentang anak buah saya.” sambungnya
“ Beberapa waktu yang lalu.. teman saya Jabar Sadik (Ja’far Sodiq) bertemu seorang pekerja yang mau pulang ke Bulukerto dalam keadaan sakit.” Jelas Ki Kolo Widoro.
Kemudian Ki Kolo Widoro memanggil Jabar Sadik (Ja’far Sodiq) untuk menceritakan tentang orang yang telah ditolongnya. Lalu jabar Sadik menceritakan kepada Pawang Bulukerto tentang anak buahnya yang sakit dan meninggal.
“Dalam perjalanan saya bertemu dengan anak buah Njenengan... waktu itu dia sedang sakit dan lalu meninggal.” Jelas Jabar Sadik
“Bisakah kisanak menunjukkan tempat anak buah saya dirawat ketika sakit ? pinta Pawang Bulu kerto kepada Jabar Sadik dan Ki Kolo Widoro
“Mari saya hantar kesana ” kata Jabar Sadik sembari menyilahkan kepada Pawang Bulukerto untuk mengikutinya.
Tidak lama kemudian sampailah rombongan tersebut di tempat dimana Jabar Sadik merawat anak buah pawang bulukerto.
Ki Jabar Sadik berkata “ Disinilah saya bertemu dan merawat anak buah Njenengan Tuan Pawang.”
Kemudian pawang Bulukerto dan rombongannya berdoa untuk anak buahnya ditempat tersebut.
“Saya menyampaikan beribu terima kasih kepada kisanak, Jabar Sadik dan Ki Kolo Widoro yang telah merawat anak buah saya.” Kata Pawang Bulukerto
“Ki Kolo Widoro, Ki Jabar Sadik.., ijinkan saya untuk menanam pohon BULU di sini di daerah Klodran (sekarang Dusun Tulung) ini sebagai penanda bahwa anak buah saya pernah ditolong (TULUNG dalam bahasa Jawa) orang disini.” Tambah Pawang Bulukerto
Kemudian ditanamlah Pohon BULU tersebut, setelah ditanam Pawang Bulukerto berkata
“Pohon Bulu ditanam disini sebagai penanda bahwa warga Bulukerto pernah ditolong orang sini (Klodran). Dengan ini wilayah daerah ini dinamakan dengan TULUNG.”. maka jadilah wilayah tersebut dinamakan Tulung karena orang-orangnya suka memberikan pertolongan.