Jalan Raya Takeran No. 63, Kec. Takeran, Kab. Magetan
ID Desa
62
Kode Desa
35.20.04.1013
Kecamatan
Takeran
Nama Desa
Takeran
Nama Kepala Desa
MOHAMMAD IBNU AROFAH M, S.Sos.
Kode Pos
63383
Telepon
Email
kel.takeran@gmail.com
Alamat Kantor
Jalan Raya Takeran No. 63, Kec. Takeran, Kab. Magetan

Visi :

    Terwujudnya Kesejahteraan Dan Kemakmuran Masyarakat Kelurahan Takeran Melalui Peningkatan SDM dan Optimalisasi Potensi Kelurahan Serta Terciptanya Kehidupan Bersama yang Harmonis (Guyup Rukun Bangun Deso)”.

Misi :

  1. Meningkatkan potensi SDM kelurahan melaui peningkatan kapasitas masyarakat melaui peningkatan sektor pendidikan
  2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
  3. Meningkatkan perekonomian masyarakat
  4. Optimalisasi peran dan fungsi kelembagaan masyarakat
  5. Meningkatkan tugas pokok dan fungsi pemerintah Kelurahan
  6. Mewujudkan masyarakat yang terampil dan mampu melaksanakan pembangunan secara mandiri
  7. Mewujudkan kesejahteraan yang harmonis antara masyarakat, aparat pemerintah Kelurahan dan lembaga-lemabaga kelurahan dalam melaksanakan pembangunan
  8. Mewujudkan Kelurahan Takeran menjadi kelurahan yang selalu terdepan dalam melaksanakan pembangunan dengan memanfaatkan sektor-sektor unggulan
  9. Meningkatkan pelayanan umum di bidang pemerintahan, pendidikan, kesehatan dan sosial budaya.
  10. Menumbuh kembangkan sikap kegotongroyongan dan keswadayaan masyarakat
  11. Mewujudkan masyarakat yang terampil dan mampu melaksanakan pembangunan secara mandiri

LEGENDA DESA TAKERAN (KELURAHAN TAKERAN)

KECAMATAN TAKERAN KAB . MAGETAN

 

Dahulu ketika daerah ini masih berupa hutan belantara dan berawa-rawa, datanglah dua orang “priyayi " dari daerah Mataram Jawa Tengah Kedua orang priyayi tersebut bernama Resoidjojo dan Wosotaruno. Kedua priyayi ini diikuti oleh beberapa orang. Kedatangan mereka berdua beserta pengikutnya sebagai orang pelarian. Mereka lari karena dikejar - kejar oleh Kompeni Belanda.  Sebab mereka dianggap sebagai orang yang sangat berbahaya bagi keselamatan kaum penjajah Belanda. Lagipula kedua orang ini termasuk pimpinan prajurit-prajurit Mataram yang sulit ditandingi strategi perangnya.

Keduanyapun orang - orang yang khusuk terhadap agama Islam. Dengan demikian tidak mengherankan apabila keduanya sangat disegani oleh masyarakat yang mengenalnya. Karena daerah yang didatangi ini masih berupa hutan belantara dan rawa - rawa, maka keduanya bersama - sama dengan para pengikut - pengikut yang setia kepadanya mulai berusaha membuat pemukiman. Dimulailah babad hutan dan menimbun rawa - rawa yang ada. Sedikit demi sedikit akhirnya terbukalah hutan belantara itu menjadi lahan yang siap untuk daerah pemukiman. Namun Resoidjojo dan Wosotaruno tidak menjadi satu dalam usaha membuka lahan tersebut . Meskipun jaraknya tidak jauh , keduanya mencari tempat sendiri – sendiri.

Setelah terwujud pemukiman baru di tengah - tengah hutan dan rawa - rawa itu, mereka sekaligus sebagai pimpinan daerah itu masing – masing. Resoidjojo menjadi pimpinan daerah yang diberi nama Takeran , sedangkan Wosotaruno sebagai pimpinan daerahnya yang diberi nama Ngampon. Keduanya lolos dari kejaran Kompeni Belanda. Bahkan pemerintah penjajah Belanda mengakui adanya desa - desa tersebut dan keduanya diakui sebagai kepala desa di tempat masing – masing, dan bekerja sebagaimana desa - desa yang lain. Akhimya setelah terjadi penggabungan/kasutan, dua desa itu di jadikan satu dan diadakan pilihan Kepala Desa. Terpilih sebagai Kepala Desanya adalah Resoidjojo. Sedangkan desa gabungan itu dinamakan desa TAKERAN , yang terdiri dari dukuh Takeran dan dukuh Ngampon.

Adapun Legenda desa Takeran ini adalah sebagai berikut :

Dahulu dukuh Takeran banyak orang ( tempat bermain ) judi. Mereka yang jadi tersebut terdiri dari penduduk warga Takeran sendiri dan orang - orang sekitar desa Takeran itu. Permainan judi itu dengan taruhan uang . Pada waktu itu uang yang beredar adalah uang logam bertuliskan VOC. Hampir setiap waktu dan setiap tempat, masyarakat Takeran ada yang bermain judi. Mereka sulit di nasehati dan diarahkan agar menghentikan pekerjaan terlarang serta menyesatkan itu. Kepala Desa Resoidjojo sendiri merasa kewalahan mencegah serta membasminya . Uang taruhan itu tidak hanya dihitung satu persatu , tetapi dengan menggunakan “takaran”. Uang taruhannya ditukar dengan bokor. Karena semakin maraknya perjudian ini dan demikian banyaknya uang taruhan yang ditakar dengan bokor, maka akhirnya daerah itu dinamakan desa Takeran. Asal kata " takar " ( Jw . taker , ditaker ).

Adapun Kades Takeran secara berturut - turut , antara lain :

Yang pertama adalah Resoidjojo. Asal dari desa Takeran dan setelah meningal dunia , dimakamkan dimakam Setono dukuh Ngampon, lebih kurang tahun 1899. Kedudukan Kepala Desa diganti olch Wosodrono. Asal dari Takeran dukuh Landangan Setelah lanjut usia yakni tahun 1911, Wosodrono mengundurkan diri dan diganti oleh Wososadimin , asal dari Takeran.

Pada tahun 1912, baru menjabat sebagai Kepala Desa selama satu tahun, Wososadimin diberhentikan dengan tidak hormat , karena melakukan kesalahan didalam menjalankan tugas. Akhirnya diganti oleh Somokarto, berasal dari Takeran. Mereka berhenti dengan hormat pada tahun 1924. Kedudukannya diganti oleh Tosari, asal dari Takeran Dukuh Mangu. Demikian sampai pengganti selanjutnya.

Dalam catatan kepurbakalaan, desa Takeran ini dahulu ditemukan benda - benda kuno (purbakala) sebagai berikut :

  1. Dua buah ketel/ teko yang terbuat dari tembaga dan berukir/ ada reliefnya.
  2. Sebuah wajan dari besi.
  3. Berbagai macam senjata tajam serta alat - alat rumah tangga serta alat - alat pertanian yang terbuat dari besi
  4. Pot - pot kecil dari tanah.
  5. Uang China. Semuanya ditemukan didalam tanah.