Visi :
Terwujudnya desa Kedungpanji "BASTARI"
Bermanfaat Asri Sehat Tertib Aman Rukun dan Iman
Misi :
1. Mewujudkan pemerintahan desa yang baik dan melayani serta menjaga hubungan antar kelembagaan desa.
2. Mewujudkan pembangunan sarana dan prasarana yang inovatif berwawasan lingkungan hijau.
3. Mewujudkan sikap gotong-royong dan meningkatkan kapasitas sumber daya.
4. Meningkatkan pembangunan manusia yang agamis.
Kedungpanji adalah sebuah desa diwilayah Kecamatan Lembeyan Kabupaten Magetan. Berdasar Cerita turun-temurun masyarakat, Konon terjadinya nama desa kedungpanji berkaitan erat dengan Kerajaan Jenggala Kediri yang berdiri tahun 1040-an dan berakhir sekitar tahun 1130-an, pemerintahan kerajaan ini berlangsung sekitar 90an tahun. Dimana legenda Raden Panji Asmorobangun dan istrinya Dewi Sekartaji berasal dari Kerajaan Jenggala Kediri yang menjadi cerita cikal bakal nama Kedungpanji.
Dalam pengembaraanya, sang Istri dari Raden Panji Asmorobangun yaitu Dewi Sekartaji mengandung. Pada saat mengandung tersebut, Dewi Sekartaji sangat menginginkan untuk memakan ikan ‘Baderbang Sisik Kencono’. Karena tidak ingin mengecewakan sang Istri, Raden Panji lalu mulai mencari ikan Baderbang Sisik Kencono tersebut. Dan suatu ketika, diketemukanlah ikan Baderbang Sisik Kencono sesuai permintaan sang Dewi Sekartaji di sebuah ‘Kedung’ sungai. Kedung atau nama lain dari bagian sungai yang dalam. Diperkirakan sungai tersebut sekarang di sebut “Kedung Bengawan” yang terletak antara kabupaten Magetan yang berbatasan dengan kabupaten Madiun.
Dari cerita Raden Panji menemukan ikan ‘Baderbang Sisik Kencono’ sesuai permintaan sang istri tersebut, Tempat diketemukanya ikan ‘Baderbang Sisik Kencono’ itu diberi nama Kedungpanji atau sekarang menjadi desa Kedungpanji. Tak hanya Kedungpanji, tempat di timur sungai yang sekarang masuk wilayah Kabupaten Madiun tersebut diberi nama Dusun Panggih yang berasal dari bahasa jawa “Panggih” yang artinya Ketemu (Raden panji menemukan Baderbang Sisik Kencono). Sedang disebelah selatan dusun Panggih, ada dusun Datengan. Datengan sendiri artinya Kedatangan atau datangnya sang Pangeran dan Sang Dewi. Kemudian di sebelah selatan Kedungpanji, ada dusun Kedaton yang sekarang masuk desa Dukuh kecamatan Lembeyan kabupaten Magetan. Makna nama Kedaton sendiri artinya sang putri Kedaton yaitu Dewi Sekartaji sempat singgah beberapa saat di tempat tersebut.
.....Walloohu a'lam......
Berdasar cerita pelaku sejarah...(Mbah Ridjo) salah satu tokoh warga Pulorejo desa Kedungpanji. Pada era agresi Belanda ke-2 1949, Kedungpanji adalah salah satu desa pertahanan kemerdekaan diwilayah Magetan. Hal itu dibuktikan dengan perjuangan yang dilakukan empat kelompok laskar (Hisbullah, Sabilillah, BKR, TKR) yang ada di desa Kedungpanji pada waktu itu. Perjuangan itu dilakukan dengan cara merampas persenjataan Belanda digudang Senjata Baru klinting Saradan yang dipimpin Lima kyai kondang Kedungpanji pada masanya yaitu Mbah Suhadi dari Ngasinan, Mbah Badek dari Ngasinan, Mbah Anshori dari Sumberejo, Mbah Yono dari Panji dan Mbah satu lagi ( maaf lupa). Dengan do'a dan usaha beliau berlima tentara Belanda disirep dan tertidur kemudian senjata tersebut dirampas empat kelompok diatas.
Setelah senjata di kuasai, senjata tersebut dimuat Enam gerbong kereta api PG.Redjosari dan disimpan dibeberapa rumah warga (Mbah.Abdul Latif,Mbah Hasan Anom 1,Mbah San Anom 2) di disekitar Donoloko (salah satu tempat di dukuh Ngasinan) yang datang sekitar jam 1 siang. Akan tetapi, hal tersebut diketahui mata-mata Belanda. Untuk menghindari senjata tersebut di rebut kembali oleh Belanda, maka senjata tersebut ditimbun di Donoloko. Cerita berlanjut, Belanda mencari senjata tersebut dengan menyerang PG.Redjosari yang memakan banyak korban jiwa yang gugur. Selain menyerbu P.G. Redjosari, pasukan Belanda yang dari arah Madiun lewat jalur Dolopo menyisir Bengawan dan sempat membuat kamp didaerah Gudhe dusun Panji. Akhirnya Cerita, senjata diangkat dan disimpan di Goa Durenan Plaosan secara estafet oleh warga yang mana dari Desa Kedungpanji diterima warga Desa Dukuh berlanjut ke Desa Tunggur dst. Jadi kalau ada peninggalan milisi Boom aktif di Donoloko adalah sisa sisa Bom yang dikubur pada waktu itu.
Kedungpanji membangun gedung balaidesa di dusun dinginan pada tahun 1985 di masa kepemimpinan moh. Sayoeti.