ID Desa
48
Kode Desa
35.20.03.2001
Kecamatan
Lembeyan
Nama Desa
Kediren
Nama Kepala Desa
DWI HERI SUSANTO,S.Kep.Ners
Kode Pos
63372
Telepon
3514488315
Email
Kedirenlembeyan@gmail.com
Alamat Kantor
Jln Raya Parang Lembeyan

VISI"Terwujudnya Kediren yang sehat " (sehat ekonomi, maju harmonis tertib, dan Inovatif

MISI

1.Mewujudkan Pemrintah Desa yang bersinergis dan berdayaguna

2.Mewujudkan Pembangunan ekonomi Desa sarana  prasarana yang berbasis peran       serta sumberdaya lokal

3. mewujudkan Pemberdayaan dan Peleyanan Masyarakat yang Inovatif

 


                                        HAK ASAL USUL DESA

Menurut sumber cerita dari para sesepuh Desa Kediren masa kini,bahwa terjadinya Desa Kediren di mulai sekitarbtahun 1.700-an.sejarah Desa Kediren tidak terlepas dari keberadaan Kerajaan Mataram ketika di Wilayah kerajaan Mataram terjadi hurun hara  (seperti Perang) banyak warga Mataram seperti Ulama, Prajurit abdi dalem) meninggalkan mataram menuju ketimur tepatnya di daerah gunung lawu sebelah timur magetan dan sekitarnya.

Warga Kerajaan Mataram yang pertama datang dan kemudian membabad hutan untuk pemukiman adalah Imam Diwiryo,Malangdiningrat,Todjojo,Tonojo,Kromodjojo,Morosari,Kondonojo, 9K0 asan Ali.

Salah satu dari mereka memiliki seorang anak putri nan cantik jelita bernama Wulansari,Kecantikan Wulansari di dengar /terdengar tersebar sampai kemana mana sehingga banyak pemuda yang datang untuk mempersuntingnya.

Pada suatu hari datanglah seorang pemuda dari Kediri yang berniat untuk melamar Wulansari. karena lelah setelah menempuh perjalanan jauh. Sang pemuda tersebut istirahat di seberang Timur kali buntung yang arusnya sangat deras' Pemuda itu merasa  kesulitan untuk menyeberang kali buntung. Sehingga pemuda itu lama duduk ( bhs jawanya lungguh) untuk istirahat diseberang kali buntung tersebut. Tanpa diduga tiba-tiba Wulansari datang mendekati  di seberang kali buntung sebelah barat, Wulansari memandang ( bhs jawanya mandeng) cukup lama pemuda itu. Demikian juga pemuda kediri tersebut dengan mata tajam memandang (bhs jawanya mandeng) wulansari. Diantara mereka tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Betapa kagetnya pemuda tersebut , karena tiba - tiba Wulansari meninggalkan tempat itu untuk menandai kejadian dimana Wulansari hanya memandang (bhs jawanya mandeng) di tempat itu kemudian di beri nama manding ( sekarang menjadi dukuh Manding) sedangkan tempat duduk (bhs jawanya Lungguh) sebagai tempat beristirahat di beri nama Lungguh.(sekarang menjadi dukuh selungguh) karena kesal kecewa marah terhadap Wulansari, maka pemuda itu mengeluarkan kata kata ( bhs jawanya prasabda/ipat-ipat) yaitu jangan sampai pemuda sebelah timur  kali buntung menikah/mempersunting gadis( anak perawan) diseberang barat kali buntung tidak beberapa lama Wulansari  jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia, meninggal hanya karena sepele/kecil yakni di gigit kadal, untuk menandai peristiwa itu maka tempat dimana Wulansari digigit kadal diberi nnama sekadal (sekarang menjadi Dukuh Sekadalan)Akhirnya pupus sudah pemuda Kediri tersebut untuk mempersunting Wulansari.

Untuk mengobati kekecewaannya pemuda kediri tersebut dengan disertai sesepuh dukuh/pendukuhan menjelajah keseluruh wilayah pendukuhan yang antara lain disampai di suatu tempat yang tinggi (bhs jawanya Puntuk) tempat itu kemudian diberi nama sepuntuk(sekarang menjadi dukuh sepuntuk). Penjelajahan mereka sampai juga di tempat yang rendah (tempat dimana tanahnya lembek banyak mengandung air) tempat itu kemudian diberi nama Ledok 9Sekarang menjadi Dukuh Ledok)

Selanjutnya penjelajahan pemuda kediri bersama para sesepuh dukuh tersebut berhenti disuatu untuk beristirahat (bhs jawa leren) setelah beberapa waktu beristirahat,para sesepuh mengajak untuk meneruskan perjalanannya, akan tetapi sang pemuda kediri tersebut tidak mau beranjak dari tempat beristirahat untuk melanjutkan perjalanan.untuk menandai kejadian itu mereka memberi nama tempat itu dengan nama KEDIREN ( berasal dari kata asal pemuda yaitu kediri dan leren) tidak berselang lama datang lagi warga kerajaan mataram yang kedua yaitu Seorang  putri Kedi 9Wanita yang tidak datang bulan/nggarap sari) bernama Raden Roro Tumpi bersama dua orang laki - laki yaitu SURENGGONO dan SORENGPATI.

Setelah melakukan perjalanan jauh dari mataram sampailah dari suatu tempat yang masih berupa hutan untuk pemukiman. Surenggono DAN sorengpati membuat pesanggrahan tempat pesanggrahan Surenggono dan Sorengpati menurut cerita para leluhur berada disebelah selatan sekolah dasar No.1 Kediren,Sedangkan Rr.Tumpi menjalani  semedi/tapa hilang tidak diketahui rimbanya.Tempat Rr Tumpi bersemedi dikeramatkan oleh masyarakat sekitarnya ( menjadi Punden yang diberi nama PUNDEN ASEM DEPOK).setelah selesai membuka hutann( babat hutan) Sorenggono dan Surengpati berkehendak  memberi nama tempat pemukiman barunya untuk mengenang Rr.Tumpi sebagai seorang Putri/wanita Kedi,sepakat tempat tersebut diberi Nama KEDIREN ( berasal dari kata putri Kedi = Leren)

Selanjutnya atas persetujuan para sesepuh dari dukuh - dukuh tempat mereka bermukim adaukuh - dukuh tersebut disatukan menjadi sebuah Desa yang di beri nama DESA KEDIREN.

Setelah menjadi Desa ditempatkanlah seorang pemimpin Desa Kediren yang pertama berpangkat Palang Yaitu: R.T Ronojudo ketika akan menjabat Palang di Kediren R.T Ronojudo di bri pusaka oleh ayahnya R.M CITRA KUSUMA (Wiro Bau Radja) berupa sebilah Pedang yaitu PEDANG KARALOKE.Akan tetapi Pusaka itu sampai hari ini tidak jelas, hanya konon Pusaka itu terakhir di bawa seorang wanita bernama MENIK yang di nikahi seorang mantri penjual (zaman belanda) bertugas pindah ke Kabupaten Blitar.

Menik masih merupakan keturunan R.T RONOJUDO dari perkawinananya dengan putri KI SORENGGONO.

Para pejabat Bekel atau Kepala Desa Kediren semenjak berdirinya Desa Kediren adalah sebagai berikut.

NO NAMA MASA JABATAN KETERANGAN
1 R.T Ronojudo   Lurah pertama
2. R.   Ronodimedjo   Lurah ke dua
3. R.   Ronodjojo   Lurah ke tiga
4. Bpk. Sio   Lurah ke empat
5. Bpk.Ronokromo   Lurah ke lima
6. Bpk. Sodrono   Lurah ke enam
7. Bpk. Dimin   Lurah ke tujuh
8. Bpk. Mangun sentono    1819 - 1884 Lurah ke delapan
9. Bpk. Soeratman    1884 - 1917 Lurah ke sembilan

 

10 Bpk. Kromoredjo 1917 - 1933 Lurah ke sepuluh
11. Bpk. Sonodrono 1933 - 1944 Lurah ke sebelas
12. Bpk. Martoharjo sadimin 1945 - 1969 Lurah ke dua belas
13. Bpk. Senoen 1970 - 1987 Lurah ke tiga belas
14. Bpk. Samingoen 1988 - 2006 Lurah ke empatbelas
15 Bpk. Rasit,s.pd 2006 - 2013 Lurah ke lima belas
16. Bpk. Dwi heri susanto,s.Kep.Ners 2014 - sekarang  Lurah ke enam belas