Visi
“BERBENAH DAN BERINOVASI"
Misi
Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, Maka misi pembangunan Desa Cileng seperti dikutip dari Visi Misi RPJMDes Tahun 2020 - 2025 sebagai berikut :
Pada waktu Desa Cileng ini masih berupa rawa-rawadan semak semak belukar, datanglah penghuni baru dari jawa tengah, kemungkinan pendatang baru ini dari daerah mataram Ngayogyakarta. Keberadaan mereka disini membuat daerah ini menjadi daerah pertanian. Rawa rawa dibenahi sehingga menjadi lahan-lahan pertanian. Semak-semak belukar yang dahulu dibiarkan demikian saja tidak ada yang berani merambah, karena memang belum ada penghuni disitu, oleh pendatang yang baru dibabat disana sini sehingga menjadi lahan-lahan pertanian berupa hamparan sawah-sawah di pingir sungai secara otomatis sistem irigasi nya sangat baik yang akhirnya berubah menjadi hamparan tanaman padi yang subur. Dengan simbol daerah padi maka ada simbol atau situs yang dinamai batu/watu lumpang. Sebelum era modern ini lumpang adalah alat sebagai penumpuk padi untuk menjadi beras.
Kehidupan para pendatang ini sehari-hari serba kecukupan sehingga semuanya disini menjadi sangat kerasan. Dan akhirnya enggan kembali ketempat asal mereka semula. Ditempat asal mereka semula selalu tidak tenang dan disibukkan oleh gangguan serangan kompeni Belanda. Sehingga hampir setiap hari tidak dapat bekerja menghidupi keluarga, hanya menghadapi musuh kompeni Belanda melulu.
Pada suatu ketika, ditengah-tengah hidup rukun, aman , dan tenang, tiba-tiba dikejutkan dengan datangnya kelompok baru yang juga berasal dari daerah jawa tengah. Kedatangan mereka disitu akan menempati daerah itu secara paksa karena mereka merasa iri atas kesuburan daerah itu, lagi pula daerah itu bisa dikatakan agak tersembunyi yang selalu aman dari penjajah Belanja. Mereka ingin sekali menempatinya. Tampaknya pendatang yang baru itu adalah kelompok-kelompok orang yang malas bekerja enggan bekerja dan inginnya hanya merebut milik orang lain. Keadaan daerah yang semula tenang-tenang, tertata baik ini mendadak menjadi hiruk pikuk, kacau dan semrawut. Namun akhirnya pemimpin kelompok-kelompok ini bertemu dan saling Tanya menanya terhadap asal mula dan maksud kedatangan mereka. Dalam perbincangan tersebut, ternyata pendatang baru ini ingin merebut daerah itu dan memaksa penghuni lama pergi dari daerah itu dan memaksa penghuni lama pergi dari daerah itu dan mencari tempat lain. Mendengar jawaban itu, pendatang lama sangat marah. Sudah barang tentu mereka tidak mau melepaskan tempat yang telah dibenahi, diatur baik, ditanami dengan susah payah. Mereka mempersilahkan pendatang baru mencari tempat lain, serta membenahi dan mengatur seperti yang mereka kerjakan itu. Namun pendatang baru itu bersikeras untuk merebutnya, malahan setelah mendengar jawaban dari pendatang lama itu, mereka yang semacam berandal ini menjadi sangat marah dan menantang berkelahi. Demi keringat yang di kucurkan untuk menciptakan pemukiman baru, ajakan berkelahi itu dilayani. Maka terjadilah pertikaian sengit dari kedua kelompok pendatang itu. Keduanya saling merangsang, meninju, memukul, menendang dan bergumul dengan serunya. Silat-silat dan jurus-jurus yang menakjubkan, ditampailkan dalam perkelahian itu. Beberapa anggota dari kedua kelompok malah menggunakan senjata tajam maupun tongkat-tongkat yang menakutkan. Melihat cara berkelahi dan gerak-gerak trampilnya, kedua pendatang ini bukan sembarang pendatang, tetapi setidak tidaknya mereka sudah bisa berperang menghadapi musuh. Mereka pasti prajurit – prajurit dan jago-jago perang dari kerajaan mataram.
Dalam pertikaian itu pemimpin dari kedua kelompok itu saling berhadapan dan langsung saling serang. Pertempuran itu berlangsung sangat lama Tetapi akhirnya kelompok pendatang baru mengalami kekalahan dan pimpinan kelompok Lama dengan cara dicekik lehernya, pada saat itu pimpinan baru yang tercekik lehernya (Mecicil) dengan otot leher menahan rasa sakit, dan matanya melotot (Mentheleng). Akhirnya Pendatang Baru mengakui kehebatan pemimpin kelompok pendatang lama. Dari akhir pertempuran itu yang diakhiri dengan cekikan itu munculah kata mecicil dan mentheleng yang bisa disingkat CILENG. Yang kemudian menjadi nama Desa Cileng sampai sekarang ini.
Dalam Tahun ini era kepemimpinan Kepala Desa : YANTO Pemerintah Desa Cileng menpunyai sebuah moto dalam menjalankan roda pemrintahan Desa yaitu “PRIMA’’ P: Profesional R: Ramah I: Inovatif M: Mandiri A: Akuntable. Artinya dalam menjalankan Pemerintahan Profesional dalam menjalankan Amanah yang diberikan dan Ramah dalam melayani masyarakat, Mandiri dalam menyelesaikan segala masalah yang terjadi di masyarakat harus berdiri tegak dikaki sendiri tanpa harus memihak ke salah satu atau siapapun. Serta segala tanggungjawab seluruh pekerjaan diharapkan bisa dipertanggungjawabkan secara hukum maupun kebenaran yang hakiki kepada Tuhan YME.